ACCISMUS

24 Mei 2013

Kali ini kelas terasa panas sekali. Bukan karena memang udara yang panas dan kipas dikelas mati, tapi karena suasana yang memang membuat ku tak nyaman. Tatapan matanya yang biasanya meyejukkan hati sekarang berubah menjadi tajam dan menusuk ku.

Dia diam saja, aku pun begitu. Auranya memancarkan amarah yang aku paham maksudnya.
Kenapa dia menyalahkan ku? Batin ku.
Tak lama gerombolan cowok memasuki kelas heboh.
"Udah lah, masa gegara cewek pada berantem?" Ujar Irvan
Ada apa lagi ini ?

Dia yang semula duduk didepan ku memilih pindah duduk menjauhi ku. Saat ini aku berharap bahwa apa yang dipikiran ini berlebihan. Rafid yang tadinya ikut gerombolan cowok-cowok itu kembali ketempat duduknya karena Bu Rini sudah masuk kelas. Tapi dia tetap saja tak kembali ke kursinya dan meminta Fakhri untuk bertukar tempat sementara.

"Hey Dew, hey Fid" Sapa Fakhri saat duduk didepan ku. Aku hanya membalas dengan senyum yang dipaksa.
"Davin kenapa ? Kok pindah duduk ? Biasanya mah dia semangat banget duduk disini." Tanya Fakhri pada Rafid. Rafid memberi kode untuk tidak membahas hal itu lalu ia menatap ku. Aku masih diam.

Bu Rini instruksi didepan kelas tentang tugas yang harus dikerjakan sekarang dan meninggalkan kelas. Aku bahkan tak memahami tugas apa yang harus dikerjakan itu. Pikir ku hanya bagaimana caranya agar aku bisa bicara dengan Davin.

"Samperin aja Dew, jelasin aja ke dia. Gak semuanya salah kamu kok dew. Kalo gak dicoba kamu gak bakalan tau gimananya kan?" Rafid memberi saran seolah bisa membaca apa yang aku pikirkan. Melihatnya saja aku tak sanggup, apa lagi memikirkan reaksinya saat aku menjelaskan maksud ku didalam buku yang dia baca kemaren.

Baiklah. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghampirinya. Tangan ku dingin, langkah ku kaku. Toni dan Irvan memperhatikan ku dari arah depan saat aku duduk disebelah Davin. Bodo amat, aku hanya peduli hubungan ku dengan Davin saat ini, pikir ku.

"Vin."
"Ngapain lu kesini ?" Jawabnya ketus.
"Vin aku mau jelasin sedikit tentang..."
"Tentang apa hah ? Mending lu pergi, cowok lu daritadi nyeliatin tuh."
"Vin, gue gak peduli sama dia. Gue pengen lu dengerin dulu penjelasan gue."
"Udah Dew, lu kenapa gak pernah bilang kalo lu deket dan jadian sama dia?" Pertanyaannya membuat ku diam, aku tak berani membalas matanya. Aku mengutuk diri ku dalam hati. GUE SALAH!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI KU

ACCISMUS